sugeng RAWUH TENG WEB LARE MBANYUMASAN>> - SEPI...
  serat tamu/guest book
  MISKIN HATI TAK HARUS MATI
  orang2 shaleh
  sakit kepala??
  my slide foto
  MENDOAN....!!!
  guyon
  sinau
  sound on blog
  wujudkan impianmu
  tempat rehabilitasi narkoba
  tentang aku
  humor abis
  gado-gado aja
  bidadari
  renungan...(ingat lah ortu)
  JA MIE BON (CERPEN)
  >cari tambahan..?
  buat blog yuk
  kesedihanku
  sadarku
  from santie
  Penyesalan
  Dalam diamku
  Wôñk ñðê$ýo
  Understimit man(gôên arwana)
  SEPI...
  serba serbi penting
  serba serbi lagi
  Counter
  from ayu FS
  pagi yang cerah
  tausiyah...
  hikmah hari ini
  tausiyah(saking kanca)
  bayi cewekORcowok
  tausiyah 4 ortu
  ga liqo ga untung
  refleksi diri
  iman..
  Anganku
  rahasia kesuksesan/live musick
  pentingnya AQIDAH
  aqidah islamiyah
  AQIDAH???
  pemurnian AQIDAH
  pusiiing
  taqwa.com
  muroqobah
  taklim..?
  upzzZZ
  budaya banyumas
  lelaki sholeh
  renungan QOLBU
  ebook gratiss
  Poligami??
  SBLM KITA MENINGGAL
  ujian keimanan
  keputusan terbaik
  mata kuliah dari pemulung
  lagu2 midi asyik
  cerita dari temen
  puisi cinta
  sebuah keajaiban

Ah...ternyata kesunyian bawa bawa aku dalam kegundahan, membawaku dalam sunyinya jiwa. Sepii...sekali ya hari ini, kamu kemana? Km dimana? Kapan kau datang? Kapan kau pulang? Sedang apa kau? Aq te te p disini, menunggu waktu yang tak menentu, entah...entah kapan, smua sepi jd ramai, kebekuan menjadi kehangatan, kala diam jadi keceriaan, hemm...duniaku dimana...eh kamu yang tenang mintalah dan bersujudlah pada penguasamu (gusti ALLOH) {goen_pwt_160607}

Mengenang Masa-Masa 'Bersama' Iwan Fals

 

"Banyak kawan menganggap aku salah satu penggemar berat Iwan Fals. Karena sampai saat ini baru lagu-lagu Iwan Fals yang paling pas dan mantap buatku. Dan aku belum menemukan pilihan lain selain lagu-lagu Iwan Fals yang ternyata ‘bisa’ didengarkan sampai kedalam ‘hati’ bukan hanya dari materi musiknya tetapi lebih kepada lirik-liriknya"

Lagu-lagu Iwan Fals, meskipun musiknya sederhana, bahkan tidak sedikit yang musiknya ‘tidak jelas’, tetapi masih saja membekas dan penuh kenangan. Padahal aku sendiri mengakui suara Iwan jauh dari tipe suara yang memiliki nilai jual. Apalagi pada lagu-lagu terakhirnya, kadang vocal Iwan kurang memuaskan. Pada beberapa lagu malah hanya menggunakan gitar akustik dengan permainan yang tidak maut-maut banget, cuma jrang-jreng.

Jadi teringat dengan lagu ‘Sore Tugu Pancoran’. Lagu itulah yang aku nyanyikan saat pertama kali pegang gitar saat masih SD. Genjrang-genjreng ngawur sambil nyanyi si Budi kecil.... Berlagak ingin pakai pick, tapi ndak ngerti bentuknya, akhirnya pakai uang logam seratusan yang gede itu. Begitu dipakai eh senarnya malah putus satu. Kaget dan takut, sebab gitar itu punya kawan kakakku yang dititipkan dirumah.

Sudah takdir, kawan kakakku yang mengetahui itu hanya tersenyum, dan dia malah mengajari aku bermain gitar yang benar. Gitar miliknya malah dipinjamkan padaku plus dia memberi sebuah buku berisi kunci-kunci gitar, dan didalamnya ternyata ada lagu ‘Sore Tugu Pancoran’. Maka setiap hari aku menyanyikannya. Sampai sekarang setiap mendengar lagu itu teringat sama kawan kakakku... Terima kasih Mas, entah dimana engkau sekarang berada.

Saat SMA kegilaanku pada Iwan Fals menjadi. Tas sekolah penuh dengan wajah Fals. Celana abu-abu dengan jahitan model jeans yang dikedua saku belakangnya sudah pasti ada Fals. Disekujur kain yang membalut kaki samar tertulis lirik ‘Belum Ada Judul’. Sampai sepatu North Star dan jam tangan yang aku pakai juga ditempeli wajah Fals. Sayang waktu itu tidak boleh gondrong, kalau boleh sudah pasti aku gondrong juga.

Aku masih ingat ada seorang kawan yang menyindir dengan mengatakan kalau aku ndak keren, ndak gaul, suka kok sama Iwan Fals, ndeso. Saat itu yang lagi digandrungi adalah grup band Dewa19 dengan lagu ‘Kangen’ nya. Tapi ndak tak reken, mau ikut-ikutan gaul rasanya percuma, karena semua itu bukan duniaku. Lagu-lagu mereka saat itu rasanya terlalu lembut.

Masa-masa itu biasanya selepas magrib aku suka iseng ngajak beberapa kawanku untuk ngamen. Mungkin ingin merasakan apa yang dirasakan Fals dahulu. Waktu itu untuk ngamen di perumahan masih bebas dan aman-aman saja. Kalau sekarang sudah pasti diusir dan dimaki sama hansip.

Rata-rata semalam dengan 3 jam ngamen dan sudah pasti yang aku nyanyikan adalah lagu-lagunya Iwan Fals, kawanku cuma ikut nyanyi lagu yang dia tahu saja. Hasilnya waktu itu lumayan, setiap kali jalan bisa dapet 8 ribu sampai 10 ribu, juga sering di ‘kontrak’ nyanyi lagunya Fals dengan bayaran seribu per-lagu. Waktu itu rata-rata tiap rumah kasih uang 50 – 100 rupiah. Sekedar perbandingan, waktu itu harga satu pak rokok putih terkenal masih sekitar 1.800 rupiah. Rokok kretek malah lebih murah lagi.

Walhasil, sekian bulan ngamen, banyak kawan yang minta ikutan diajak. Pernah suatu waktu aku ngamen dengan empat orang kawan. Yang main gitar dan nyanyi cuma aku, yang lain cuma ikut-ikutan saja. Hasilnya dibagi rata.

Capek juga sih, tapi senang bisa menikmati uang hasil keringat sendiri. Keringat betulan. Lagu yang paling sering di rekues kawan-kawanku adalah ‘Di Mata Air Tidak Ada Air Mata’. Kata mereka, kalau aku menyanyikan lagu itu bikin merinding. Kawan dimanakah kalian sekarang?

Menginjak kuliah, aroma kebebasan semakin meluap. Setahun kuliah rambutku sudah cukup panjang dan jarang disisir. Aku juga pernah pelihara kumis dan jenggot. Kuliah cuma pakai kaus oblong bergambar Fals dan jeans robek-robek juga tas kain yang penuh terpampang wajah Fals. Tapi lambat laun aku coba sisir rambut dan mengikatnya, jadi lebih rapi. Terinspirasi penampilan Fals pada salah satu klip bersama ‘Kantata Samsara’ dengan rambut dikuncirnya.

Jaman demo-demoan anti Suharto, aku semakin larut dalam suasana yang Fals banget. Maklum setiap demo yang diadakan, pasti lagu-lagu Iwan Fals dinyanyikan.

Lulus kuliah aku masih gondrong dan kerja di sebuah kantor yang tidak mempermasalahkan penampilan. Komputer yang aku pakai disana juga penuh lagu Iwan Fals. Jaman hardisk masih 20 giga, hampir seperempatnya terisi mp3 Iwan Fals. Dan setiap hari lagu Fals berkumandang diruangan kantor.

Begitu Fals menggebrak lagi dengan album ‘Suara Hati’, aku juga mengikuti gayanya. Rambut kupotong dan pakaian menjadi lebih rapi. Penampilanku menjadi lebih sopan tidak seliar dulu. Lagipula saat itu aku memutuskan untuk menikah.

Yang juga berkesan adalah sehari menjelang pernikahanku, aku masih sempat bela-belain nonton konser Iwan Fals bersama grup band Padi di Surabaya. Konser yang tidak terlalu penuh dimulai pukul 7 malam. Selepas magrib aku langsung masuk stadion dan berusaha ada tepat dibarisan terdepan. Puas dengan konser itu. Sampai dirumah jam 12 malam karena dilanjut nongkrong diwarung. Padahal besok pagi jam 8 aku harus akad nikah, gila!

Coba tidur ndak bisa gara-gara tadi sempat minum beberapa cangkir kopi. Sampai jam 3 pagi masih melek. Daripada dibuat tidur nanti malah susah bangun, mending melek terus sampai pagi. Dan dengerin lagu-lagu Fals dari komputer sambil surfing internet.

Saat menjelang akad nikah, perasaan tegang sekali. Belum lagi telinga ini masih berdengung, karena sewaktu di konsernya Fals aku berdiri dekat sekali dengan speaker yang entah berapa watt powernya.

Saat sudah duduk dan mendengarkan ceramah nikah, ada hp seseorang yang berbunyi. Ringtonesnya adalah lagu ‘Seperti Matahari’, sudah pasti membuat aku menoleh kearahnya. Orang itu tampak kebingungan untuk mematikan PDA-nya, baru punya kali. Jadilah aku sempat menikmati lagu itu beberapa baris kalimat.

Selesai ijab qabul yang lancar, badan ini seperti habis diinjak gajah. Capek sekali, maklum belum tidur sama sekali. Dan terbayang prosesi acara yang bertubi-tubi pasti sangat melelahkan. Seorang kerabat membuatkan kopi arab yang dicampur rempah, dan manjur juga aku bisa segar kembali walau untuk beberapa jam kedepan.

Dan malamnya... tahu sendiri... aku malah langsung tidur nyenyak hahaha.... Dan juga mimpi nonton konsernya Fals sambil nyanyi ‘keinginan adalah sumber penderitaan’.... hahaha....

Saat album ‘In Collaboration’ meledak, aku mengapresiasikan dengan biasa-biasa saja. Karena aku kurang begitu suka Fals menyanyikan lagu cinta karya orang lain. Ternyata istriku yang malah jadi gandrung. Padahal awalnya dia tidak terlalu suka Iwan Fals.

Dan suatu saat dia datang dari berbelanja membawa 2 potong kaus bergambar Iwan Fals 'presiden RI sampai kiamat'. Satu berukuran all size, dan yang satunya berukuran small. Dia bilang itu semua untuk aku. Begitu coba yang ukuran small, masukin tangan saja susah, ndak cukup, ini kaus kekecilan. Ternyata dia malu mengakui kalau yang ukuran small itu memang untuk dipakainya sendiri. Wah sudah tertular virus Fals juga dia.

Saat kehamilan anak pertama, lagu yang sering kuputarkan didekat perut istriku adalah lagu ‘Nak’ dan lagu ’14-4-84’. Sejak anak lelakiku lahir sampai kini dia sudah berjalan, setiap aku putar lagu itu pandangan matanya jadi berubah dan terkesan serius untuk mendengarkan.

Dan kini aku memiliki usaha sendiri, hari-hariku lebih banyak habis di ‘goa’ ku (begitu istilah yang diberikan istriku untuk ruangan khusus komputer dirumah). Karena pekerjaanku yang tidak terikat waktu, aku bisa bebas mengatur sendiri jadwalku. Dari waktu luang itu aku bisa melengkapi koleksi lirik Iwan Fals di website Iwan Fals Mania dan menulis catatan semacam ini.

Iwan Fals bagiku bukanlah dewa. Dia hanyalah seorang manusia yang kuanggap sahabat. Sahabat yang menjadi dekat lewat lirik-lirik dan gaya bertuturnya melalui musik. Sahabat yang banyak memberi inspirasi dan semangat kesederhanaan penuh kejujuran. (sb)

 

Today, there have been 568236 visitors (2262202 hits) on this page!
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free